Aceh may use Penang to market oil and gas

GEORGE TOWN: Indonesia’s Aceh Province is considering using Penang as a base to market and distribute its oil and gas in the region. Aceh governor Irwandi Yusuf told a press conference that he would study soon the details of the plan, which would include investment in infrastructure and other supporting facilities.

“We hope to implement the business plan as soon as possible. This is the first government-to-government cooperation that Aceh is looking into. “Other areas of cooperation that Aceh and Penang can work on include tourism and port development,” he said.

Irwandi said this at a briefing after signing a MoU with investPenang executive committee chairman Datuk Lee Kah Choon to promote collaborative and joint business and investment projects between Penang and Aceh.

Also present was Penang Chief Minister Lim Guan Eng, who had offered Penang as a platform for Aceh to distribute oil and gas in the region at the Penang-Aceh Business Investment Dialogue meeting held earlier in the morning.

Irwandi said Aceh currently had five oil and gas projects with Exxon Mobil.

PT ExxonMobil Oil Indonesia expects gas production of 278 million cu ft per day from Aceh field in 2010.

According to the peace treaty signed in Helsinki in 2005, Aceh is entitled to 70% of the revenue generated from oil and gas exports.

“The revenue generated from the sales of oil and gas resources will go back to Aceh. Penang will only lend Aceh its expertise in marketing and distribution of the resources,” Lim said.

He added that consent would be required from the Federal Government for Penang to be used as a base to distribute oil and gas.

“Tourism, medical and health tourism, international education, and halal industry are areas in which Penang has expertise that can be shared with Aceh,” he said. http://biz.thestar.com.my/news/story.asp?file=/2010/9/21/business/7070538&sec=business

Read More

Aceh merupakan provinsi Indonesia yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Sebenarnya daerah ini memiliki banyak obyek tujuan wisata, mulai obyek wisata pantai seperti pantai Lhok-Nga yang indah nan elok berpasir putih dengan pemandangan perbukitan di sekitarnya, menyajikan lokasi wisata yang tak kalah dari Bali, hingga obyek wisata pegunungan. NAD memiliki danau laut tawar di pegunungan pada ketinggian 1100 m di atas permukaan laut. Panjang danau tersebut mencapai 26 km dengan lebar 5 km, dan kedalamannya 50 m. Danau Laut Tawar ini terletak di daerah Takengon, Aceh Tengah. Anda juga dapat mengunjungi kolam Sumber Air Panas yang berlokasi di Simpang Balik, kira-kira 14 km dari Takengon. Kolam ini sering dikunjungi oleh wisatwan lokal dan asing, penduduk lokal sendiri mempercayai bahwa kolam air panas tersebut dapat mengobati beberapa jenis penyakit kulit.

Selain wisata alam, ada juga obyek wisata sejarah seperti Rumah Adat Tjut Meutia, seorang pahlawan Nasional wanita dari Aceh. Rumah adat tersebut berada di kecamatan Matangkuli, desa Pirak. Obyek wisata sejarah lainnya adalah Museum Tsunami (yaitu Museum yang dibuat untuk mengenang tragedi badai Tsunami pada desember 2004 lalu), Meseum Aceh, Lonceng Cakra Donya (yang merupakan hadiah pemberian dari raja Cina pada tahun 1414 M), Taman Sari Gunongan (salah satu peninggalan kerajaan Kesultanan Iskandar Muda yang biasa digunakan sebagai sarana/tempat rekreasi anggota keluarga Kerajaan pada masa itu. Gunongan adalah simbol gunung yang merupakan bagian dari Taman Istana Kesultanan Aceh).

Dan bagi anda yang memiliki adrenalin tinggi, anda juga dapat menikmati objek wisata Air Terjun 7 ( Tujuh ) Tingkatan, yang merupakan simbol 7 tingkatan langit. Disamping itu anda juga bisa menikmati fasilitas arum jeram, dengan aliran sungai yang bisa memacu laju adrenalin anda!

Bagi kaum muslim yang ingin berwisata Rohani, anda bisa mengunjungi Mesjid Agung Baiturrahman, yang merupakan salah satu Mesjid Termegah di Asia Tenggara. Bukan hanya mesjid ini yang merupakan mesjid bersejarah di Aceh, masih banyak mesjid bersejarah lainnya. Selain itu anda dapat berkunjung ke Makam Syah Kuala (Syah Kuala Merupakan Ulama Besar daerah Aceh Pada Abad ke 17, yang nama aslinya adalah Syech Abdurrauf bin Ali Al Fansuri As-Singkili). Beliau sangat gigih dalam menyebarkan agama Islam dan menjalankan Syariat di tanah Aceh sehingga dipercaya menjadi Kadhi Malikul Adil yaitu setingkat dengan Mahkamah Agung pada masa Kerajaan Aceh Darussalam.

Read More